Morinda Citrifolia atau Buah Noni


Apa jadinya bila pohon tumbuh di pulau terisolasi, tanpa penghuni, tiada polusi, dan nutrisi memadai? tanaman anggota famili rubiaceae itu tumbuh secara alami, tanpa pupuk dan pestisida serta bukan hasil budidaya. Itulah Noni dari Tahiti (Morinda Citrifolia L) yang telah diolah menjadi Tahitian Noni Bioactive Beverages  yang kini beredar lebih dari 80 Negara di dunia.


Menyebut tahitian noni tak selamanya berarti mengkudu dari Pulau Tahiti, tetapi juga dari pulau-pulau lain di negara French Polynesia . Tahiti merupakan pulau terbesar-panjang 55 km, lebar 25 km-di negara yang beribukota di Papeete itu. Selain Tahiti masih ada 199 pulau lain seperti Marquesas, Moorea, dan Tuoamotu yang juga menjadi habitat Noni. Di pulau-pulau itu noni tumbuh alami.
Nama Tahiti memang lebih populer ketimbang pulau-pulau lain di Polinesia Perancis sebagai penghasil noni. Boleh jadi lantaran John Wadsworth, ahli nutrisi dari Amerika Serikat, meriset noni di Tahiti pada 1990 an. Ia meneliti buah beraroma menyengat itu setelah memperoleh informasi tentang xeronine dalam buah noni.
Xeronine yang berfungsi memperlebar pori-pori dinding sel sehingga nutrisi masuk ke dalam sel sebetulnya juga diproduksi di dalam tubuh. Sayang, jumlahnya terbatas. Noni juga menghasilkan proxeronine alias pembentuk xeronine dalam jumlah yang amat melimpah. Penemu senyawa aktif itu adalah Dr Ralph Heinicke, ahli biokimia di Universitas Hawaii, pada 1985.
Ralph menyarankan agar Wadsworth mengunjungi Tahiti. Di pulau yang ditemukan James Cook pada 1769 itu, John Wadsworth menemui penduduk setempat. Ia meminta izin untuk mendapatkan noni-begitulah orang Hawaii menyebutnya.
Penduduk setempat mempersilakan untuk mengambil noni sebanyak-banyaknya karena mereka tak pernah memanfaatkannya. John Wadsworth semula terperangah. Ia minta ditunjukkan keberadaan noni. Ketika penduduk setempat menyodorkan seekor nyamuk, Wadsworth menggeleng. Dalam bahasa Polinesia noni berarti nyamuk. Ia mendeskripsikan buah yang tengah dicari. Untuk menyebut mengkudu, ternyata penduduk Polinesia mengatakan nono. Namun, setelah melalui berbagai macam pertimbangan, maka disebutlah buah tersebut sebagai Noni.
Bertahun-tahun masyarakat Polinesia Perancis memanfaatkan buah tersebut untuk mengatasi beragam penyakit. Kahuna alias tabib meresepkan buah tersebut sejak 1.500 tahun lampau untuk mengobati demam, gangguan pernapasan, luka, dan penyakit kulit. Mereka akan mengatakan Ia’ Orana (baca: yorana berarti hidup sehat) berkat kebiasaan mengkonsumsi buah tersebut.
Kerabat kopi itu sebetulnya bukan tanaman asli Polinesia, tetapi dari Asia Tenggara seperti Indonesia. Pada 100 sebelum masehi terjadi migrasi penduduk Asia Tenggara ke Polinesia di Pasifik Selatan. Mereka membawa tanaman bahan pangan seperti talas, sukun, dan ubijalar serta tanaman obat, mengkudu.
Lacak pemetik
Setelah meriset noni di Tahiti, Wadsworth membangun industri olahan buah noni itu di Provo, Utah, Amerika Serikat, bersama Stephen Story. Sumber bahan baku dari Polinesia ditangani secara higienis dan sistematis.
‘Buah ini telah dirawat oleh alam dan sekarang tiba waktunya mengambil dari alam untuk memberkati berjuta-juta orang di bumi,’ kata Wadsworth ketika mengawali produksi tahitian noni. Menurut Rianto Kunto, Independent Product Consultant (IPC)  dari PT Tahitian Noni Internasional Indonesia – perusahaan distributor tahitian noni sejak 2005, hanya pemetik bersertifikat yang dipekerjakan perusahaan untuk memanen Noni.
Hasil panen antarpemetik tak tercampur hingga pengolahan di pabrik. Itulah sebabnya setelah diolah menjadi jus pun, Tahitian Noni International,Inc , produsen, dapat menelusuri pemetik buah Noni. Perusahaan yang berdiri pada Juli 1996 itu memberikan kode tertentu di setiap botol. ‘Kalau ada konsumen yang komplain soal tahitian noni kita dapat mengecek siapa pemetik buah,’ ujar Piter,SE , IPC dari Tahitian Noni International
Sampai 2006, total jumlah produksi tahitian noni lebih mencapai 100-juta botol 1 liter. ‘Setiap 1,8 detik terjual 1 botol tahitian noni,’ kata Piter,SE.

Tidak ada komentar: